Labels

Monday, June 4, 2012

Should it same or different?


"If two people really believe in something, all the impossible will be possible." – Richard Castle (from Castle S4)   


I have an issue to talk about this time. An issue that I’m still dun get it why that can be a major problem for some people. Anw, I wanna try to write it in Bahasa Indonesia today. Honestly, I dunno how to write in Bahasa Indonesia using appropriate sentences. Last two weeks, I had a presentation for Parent Teacher’s Meeting at my school. Well, I used to get A for my Public Speaking subject when I was on my study at the university. But, I never had it in Bahasa Indonesia. So, when my coordinator asked me to try doing it in front of her seriously, I didn't know what to say. It’s been a long time already for me to speak in informal language. But, I managed to do it OK during the D-day. My coordinator gave me 8 for my score =p but I didn't think that I did well. So, today I’ll try to write in Bahasa. Hopefully I won’t mess it up…

Ok.. let’s back to the issue…

Ehemm….. Topik kali ini  adalah tentang perbedaan agama. Hal ini sedikit (banyak) menimbulkan pro dan kontra di lingkungan sekitar saya. Tapi hanya akan menuliskannya dari sudut pandang saya secara pribadi. Sy akan menceritakan sedikit tentang keluarga sy. Keluarga sy adalah keluarga buddhis awalnya walaupun jujur saja lebih ke agama tradisi (kong hu cu). Papa sy sebenarnya mengerti konsep agama Budha dengan cukup baik sayangnya dy tidak mengajarkan kepada sy dan kedua adik laki-laki sy.  Sy sempat bersekolah di sekolah Budhis waktu kecil selama setahun. Setelah itu selalu bersekolah di sekolah beragama Katolik or Kristen. Pada waktu SMP saya sempat berkeinginan untuk menjadi Katolik tapi saat itu papa sy mengarahkan sy dengan banyak hal yang memuat sy mengurungkan niat. Tapi sy msh sering ke gereja ikut teman-teman sepermainan sy. Pada saat itu di lingkungan sekitar rmh sy tidak ada vihara yang berdiri seperti sekarang. Kemudian saat SMA sy berpacaran dengan Mr. W. Dia seorang Kristen. Lalu suatu hr dy negur sy waktu sy mo pergi ke gereja dengan teman2 sy. Dia mengatakan pada sy agar lebih baik ke vihara kalau memang sy beragama Budha daripada mengikuti orang lain. Saat itu sudah ada vihara yang berdiri. Sejak saat itu sy memupuk keinginan untuk mempelajari budhis lebih dalam lagi.. hanya sj sy msh belum benar2 datang ke vihara. Setelah sy putus dengan Mr.W baru sy terpanggil dan niat datang ke vihara dan hal itu terus berlangsung sampai sekarang.

Lalu ada adik sy, sebut saja namanya DJ. Sejak lulus SMA, DJ sudah dikirim ke luar kota ke tempat pamanku. Setelah beberapa waktu, adik saya terpanggil untuk menjadi seorang Kristian. Orangtua sy, khususnya mama sy pada awalnya amat sangat menentang. Tp adik sy akhirnya tetap baptis. Pada dasarnya saya tidak menentang karena sy berpikir kenapa harus melarang seseorang untk beragama? Menurut sy kalau itu baik buat dia justru lebih baik. Dia akan takut dengan Tuhan sehingga menghindarinya dari perbuatan buruk.
Suatu waktu DJ pulang ke Jakarta. Awalnya dia selalu berusaha mengkristenkan kami sekeluarga. Semakin dy berusaha semakin keras pertentangan yang diberikan sampai satu waktu dia dengan emosi mengatakan kalau sy menyembah berhala. Sy langsung menamparnya saat itu. Sy berkata padanya kalau sy tidak pernah menentang keyakinan dy karena sy tau ajarannya baik dan bnar. Yang membuatnya terlihat buruk adalah orangnya yang salah menerapkannya. Jadi sy minta dy jangan menghakimi keyakinan sy jg. Kemudian adik sy ada mendiskusikan dengan mentor dy dan mentornyapun tidak menyetujui tindakan yang dilakukan adik sy itu. Hal itu diakui oleh DJ pada sy. Sekarang DJ sudah menikah dan mempunyai keluarga Kristen yang bahagia dan saya turut senang akan hal itu..

Kemudian ada mama sy yang sejak 2-3 tahun belakangan ini menjadi seorang Kristani. Akan tetapi, berbeda dengan DJ yang akhirnya bs bertenggang rasa lain halnya dengan mama sy. Mama sy terus berusaha membuat ‘yang tersisa’ ikut kekristenan. Sampai saat ini terkadang masih ada perdebatan antara kami ‘yang tersisa’ dengan dy. Kalau hal itu membuat dy lebih baik ya kami tidak masalah tp jangan jd menganggap apa yg kami yakini tidak benar. Sy selalu berusaha menjelaskan bahwa agama itu jodoh dan panggilan. Seandainya suatu hari nanti ada dr kami yang akan mendapat panggilan ke ‘sana’ ya…let it’ll be.. Biar waktu yang menjawab. Itu yang selalu sy katakan. But honestly, I dun think that I would change my mind..

Selain dalam keluarga, perbedaan agama jg terjadi dalam hubungan sy dengan pacar sy sekarang, sebut sj My O.. My O adalah seorang Katolik. Saat ini sy sudah menjalani hubungan selama 4,5 tahun lebih… Dari awal sy sudah menyadarinya dan sy sudah berniat mengalah dalam hal pemberkatan pernikahan seandainya kami berhasil ke jenjang berikutnya. Tapi sy tidak berkeinginan mengusik keyakinan sy. Kalau sy harus pindah agama demi memaksakan hubungan kami sepertinya menjadi penghinaan terhadap agama itu sendiri. Agama itu tidak egois.. Yang sy tau dalam kehidupan berumah tangga, tujuan seiman itu agar adanya kesamaan konsep dalam menjalani kehidupan. Agar takut akan hal2 yang sama, dll. Tapi pd dasarnya konsep ajarannya sama. Sy melihat banyak teman2 sy yang berbeda keyakinan justru lebih kuat hubungannya dibandingkan pernikahan yang seiman (baik dipaksakan atau tidak). Lalu, apakah itu karena salah agamanya?? Ya pasti ngga lah.. pribadi setiap orang tidak tercermin dari agamanya..

Menurut sy agama itu adalah masalah pribadi antara sy dan vertical ke atas. Saat sy meninggal nanti satu2nya yang akan sy bawa hanyalah keyakinan sy, yang akan menuntun sy jg dan bukanlah org2 sekitar sy.

Sy jg banyak melihat sebagian orang yang menjadikan agama sebagai kambing hitam saat mereka mengalami kegagalan dalam berhubungan ataupun kegagalan lain dalam hidupnya yang berhubungan dengan perbedaan tersebut. Sorry to say, menurut sy itu munafik..Dengan memiliki keyakinan seharusnya membuat kita menjadi lebih bijaksana dalam berpikir, berkata dan bertindak. Saat kita gagal dalam sesuatu itu kembali ke diri sendiri apakah kita sudah cukup berusaha, atau hanya mencari kesalaha, menunggu dan berharap??

Ada pula yang menanyakan ke saya begini, “Nanti anak lu mau diajarin agama apa dunk kalau beda?”  Pada akhirnya agama itu akan menjadi pilihan pribadi dalam hidup seseorang. Ada jg yang sudah dari keluarga pendeta akhirnya menjadi muslim..Sebagai orangtua hanya mampu mengarahkan sang anak. Mengarahkannya untuk takut berbuat hal buruk, tidak mengambil barang bukan miliknya, menyakiti orang lain, berterima kasih dan bersyukur, dll. Menurut sy konsepnya sama. Well, teori mgkn gampang tapi belajar menjadi bijaksana dan janganlah menjadikan perbedaan sebagai latar belakang sumber masalah..Tenggang rasa dan toleransi sangat dibutuhkan. Jangan menyia2kan hal-hal dalam hidup ini hanya karena perbedaan.

This writing is to support one of my best friend who is having this kind of dilemma in her current relationship. I hope all is well at the end and I’m hoping the same thing for mine also. ^^ Some might disagree with my writing but again, this is just my opinion..


No comments:

Post a Comment