Waktu mulai urus soal merit, pertanyaan yang lumayan sering ditanya adalah "tar lo tinggal dimana?"
Di post sebelumnya uda pernah mentioned sih. Jawabannya "Rumah Mr. A" aka.with mertua.
And...mostly setelah temen-temen pd tau, langsung d dimulai kalimat2 warning and nakut2innya.
So, what do I feel? ~biasa aja sih sekarang~
Well, jauh sebelum Mr. A ngajak merit, disaat2 kita ngebahas ttg future sih soal tmpt tinggal abiz merit adalah yang pertama kita sepakatin. Awalnya ak sempet bilang ya tinggal bareng ortunya juga it's okay karena takut ga ada yang jagain karena cici nya juga tinggal di Bali dan rumahnya cukup besar untuk cuma tinggal berdua nantinya. Tapi gak lama ak sempet propose idea untuk cr rumah sendiri karena dua alasan dibawah ini:
1. Mnrtku Mr. A itu cuek dan tidak peduli dengan segala hal yang berhubungan dengan biaya2 household aka.depending on his parents only. I know why actually, so I wanna him to be more responsible. Sebagai ank sulung di rmh, ak sudah terbiasa diberikan banyak tanggung jawab bahkan juga ikut menanggung biaya rumah bbrp tahun belakangan ini. While, Mr. A adalah anak bungsu yang hampir seperti anak tunggal hampir separuh hidupnya. Jadi ya, wajar lah kalau dy serba tidak peduli. N I worried about it before.
2. Supaya kita berdua bisa adapt kehidupan suami istri dulu berdua, supaya bisa lbh solid dulu dan tanpa ada intefere orang ketiga aka family. After a year or two ya br move in balik krmh mamanya.
Awalnya, Mr. A sempet considered about this until one day his mom got very sick and then he changed his mind. Mr. A jadi worry kalau kedua ortunya sakit siapa yang akan tahu or jagain. Tapi, dia sempat khawatir juga will I get along well with his mom. Tapi ak berusaha menenangkan dy bahwa hal itu tidak perlu dikhawatirkan sekarang juga and I will try my best to be a good daughter in law. So, waktu Mr. A ditanya akan tinggal dimana nantinya sama mamanya, dy sudah bertanya bolehkah stay dirmhnya sekarang. His mom agreed. As for me, ya klo takut or khawatir sih mungkin ada tapi gimanapun orangtua itu adalah orang yang harus kita jaga, no matter itu mertua ataupun orangtua sendiri. Me myself mikirnya ga mau tinggal terlalu jauh dari rumah nyokap n karena masih ada lil bro yang stay dirumah ma bonyok, rasanya agak tenang. Dan yang penting harus bisa bawa diri. Pekerjaan ak yang sebagai guru membawakan pencerahan dalam pola pikirku beberapa tahun belakangan ini. I can relate the way my parents think or thought now. Jadi guru tu mirip2 lah jadi orangtua sementara buat anak-anak. Tujuannya adalah demi kebaikan mereka. Bedanya hanya dikata teknik dan cara pada saat "dulu' dan "sekarang". Keep positive and pray supaya berjodoh karma yang baik ^^
Next, after married biasanya yang akan sering ditanya uda pasti "uda hamil??"
Untuk soal anak, Mr. A sih bilangnya "Terserah kamu." Rencananya sih ga mau langsung isi dalam waktu dekat karena mau adapt dulu dgn pace hidup di rumah mertua n jadi istri orang dl *grin* Kira-kira beberapa bulan uda okay baru mau program untuk hamil. Lagipula selama ini kalau ngomongin soal jumlah anak, Mr. A selalu bilang "coba dulu d anak 1 gmn". Kalau ak sih agak maruk, maunya 3 anak. Syukur2 bisa kembar 2. hahahha..tujuannya biar cepet beres ga usah lagi hamil2.
Dua tahun ini acara favoritku adalah "The Return of Superman" di KBS World. Acara itu mengenai anak yang ditinggal dengan papanya saja for 3 days 2 nights. Acara itu bagus juga untuk parenting, so karena ak suka nonton, Mr. A pun jadi suka nonton. Dia jadi sedikit lebih positif sih kalau mikirin soal anak. Baguslah bisa belajar2 dulu ^^
I love Daehan! |
Tapi gimanapun manusia hanya bisa berencana kan? Ya kalau kita dipercaya jadi parents, ya berapapun kita terima. Pertanyaannya adalah "SIAP atau TIDAK?"
Ini juga pertanyaanku selama ini ke diri sendiri dan melihat sikap Mr. A. I can say we might not that ready, uda mulai merasa siap tapi sebisa mungkin harus lebih siap lagi mentally. Buat kita jadi parents itu ud kontrak seumur hidup dah. Seperti halnya soal post yang ini, soal anak juga jadi pertimbangan banget karena belajar dari teman2ku. Dengan kesulitan ekonomi sekarang, ya sebaiknya sebelum hamil benar2 harus planning jangka panjang. Planning untuk keuangan, tabungan, dll. Jangan sampai harus ninggalin anak diurus kakek neneknya karena si mama dan papanya harus bekerja. Sebagai seorang guru, ak juga sering melihat anak-anak korban ortu yang sibuk bekerja or ortu yang mikir anak itu hanya sebuah "paket" dalam sebuah pernikahan. Kalau memang tidak siap jangan memaksakan diri.
Ada juga temanku yang memaksakan hamil karena.....tidak bisa menikmati hubungan seksual dengan suaminya >.< Jujur saja sih, masalah ranjang gimanapun pastinya adalah satu paket bagi suami istri. Banyak teman-temanku yang menasihati untuk hal ini. Komunikasikan dengan baik. Jangan mikir karena hamil, jadi bisa ada alasan. It's just so ridiculous reason to get pregnant, right?
Dr. Haim Ginott